Eintracht Frankfurt berhasil mencetak keuntungan fantastis €169 juta dari penjualan pemain dalam empat tahun terakhir. Dibawah ini akan ada pembahasan berita bola menarik lainnya di GOAL FLIGHT.

Di bawah kepemimpinan direktur olahraga Markus Kroesche, klub Bundesliga ini menerapkan strategi “beli murah, jual mahal” yang terencana dengan matang. Pemain seperti Randal Kolo Muani, Omar Marmoush, dan Hugo Ekitike menjadi bukti nyata keberhasilan strategi ini.
Ketiga pemain tersebut dibeli dengan total biaya hanya €30 juta dan dijual dengan harga gabungan €255 juta, mencetak margin keuntungan yang luar biasa. Kesuksesan ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari proses yang sistematis: mulai dari identifikasi bakat, pengembangan mental dan fisik, hingga penentuan waktu penjualan yang tepat.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Frankfurt menempatkan filosofi klub sebagai fondasi strategi. Pemain dipilih berdasarkan kekuatan unik yang tidak bisa diajarkan, sementara kelemahan yang bisa diperbaiki melalui pelatihan. Pendekatan holistik ini membuat mereka mampu menemukan potensi tersembunyi yang sering diabaikan klub lain.
Investasi di Pengembangan Pemain
Bagi Frankfurt, membeli pemain berbakat hanyalah langkah awal. Tantangan sebenarnya adalah mempercepat pengembangan mereka agar mencapai nilai jual maksimal dalam waktu tiga tahun. Kroesche melakukan investasi besar pada ahli nutrisi dan bahkan ahli tidur untuk menjaga kondisi fisik pemain selalu optimal.
Hasilnya nyata: pemain seperti Hugo Ekitike dan Omar Marmoush jarang cedera, memungkinkan mereka bermain dan berkembang tanpa gangguan. Kolo Muani bahkan lebih sering cedera setelah pindah ke Tottenham dibandingkan saat di Frankfurt. Ketahanan fisik ini menjadi kunci untuk meningkatkan nilai pasar pemain secara signifikan.
Selain fisik, fokus Frankfurt juga pada jam terbang dan pengalaman bermain. Marmoush, yang awalnya pemain gratis dari Wolfsburg, diberikan kesempatan bermain penuh, sesi video, dan latihan individu intensif sehingga ia bisa berkembang menjadi striker berharga €75 juta hanya dalam satu tahun.
Baca Juga: Achraf Hakimi Raih Gelar Pemain Terbaik Afrika 2025, Bek Pertama dalam 52 Tahun
Seni Menjual di Waktu Tepat

Menjual pemain bintang di tengah musim, seperti Marmoush, adalah keputusan berisiko tinggi. Namun Kroesche menekankan pentingnya momentum dan nilai maksimal. Penjualan Kolo Muani sebelumnya menjadi pelajaran untuk menyiapkan pengganti lebih awal, seperti perekrutan Jean-Matteo Bahoya seharga €8 juta sebagai antisipasi kepergian Marmoush.
Siklus regenerasi ini membuat Frankfurt selalu siap menghadapi kepergian pemain. Ruang yang ditinggalkan Kolo Muani memberi peluang bagi Marmoush bersinar, dan setelah Marmoush pergi, Hugo Ekitike mengambil alih peran utama. Strategi ini menjaga keseimbangan tim dan memungkinkan keberanian untuk melepas pemain saat momen yang tepat.
Keputusan menjual pemain juga berdampak pada pengembangan tim dan finansial. Dengan pendekatan ini, Frankfurt tidak hanya mendapatkan keuntungan besar, tetapi juga terus menjaga performa tim tetap kompetitif.
Kredibilitas dan Janji pada Pemain
Kroesche membangun kepercayaan dengan pemain sejak awal. Ia menjelaskan rencana pengembangan dan janji untuk tidak menghalangi pemain pindah jika kesempatan yang lebih baik muncul. “Jika itu saat yang tepat, kami akan menemukan solusi,” tegasnya.
Sikap transparan ini membuat Frankfurt menjadi pilihan menarik bagi talenta muda Eropa. Pemain tahu bahwa mereka bisa berkembang, mendapatkan jam bermain, dan memiliki peluang pindah ke klub elite dunia.
Dengan bakat-bakat baru seperti Hugo Larsson dan Can Uzun yang siap bersinar, pabrik uang Frankfurt dipastikan akan terus berproduksi, menjaga reputasi klub sebagai tempat terbaik untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan. Simak terus pembahasan sepak bola terupdate lainnya hanya di goalflight.com.
