Sanksi Komdis ke PSS Kasus match fixing yang melibatkan PSS Sleman kembali mencuat ke permukaan setelah Komite Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhkan sanksi berat kepada klub tersebut.
Keputusan ini tidak hanya berdampak pada posisi PSS Sleman di klasemen, tetapi juga mencoreng nama baik Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang tengah gencar mengkampanyekan pemberantasan pengaturan skor di sepak bola Indonesia. Dibawah ini GOAL FLIGHT akan memberikan informasi terkait transferan pemain yang wajib anda ketahui.
Latar Belakang Kasus
Kasus ini bermula pada tahun 2018 ketika PSS Sleman diduga terlibat dalam pengaturan skor saat melawan Madura FC di Liga 2. Setelah melalui proses hukum yang panjang, Pengadilan Negeri Sleman pada April 2024 memutuskan bahwa PSS Sleman terbukti bersalah melakukan tindak pidana suap kepada perangkat pertandingan. Keputusan ini menjadi dasar bagi Komdis PSSI untuk menjatuhkan sanksi kepada klub tersebut.
Sanksi Yang Dijatuhkan
Merujuk pada Pasal 64 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan Pasal 141 Kode Disiplin PSSI Tahun 2023, PSS Sleman dikenai sanksi pengurangan tiga poin dan denda sebesar Rp150 juta. Sanksi ini berlaku pada kompetisi BRI Liga 1 musim 2024/2025. Dengan pengurangan poin ini, PSS Sleman kini berada di dasar klasemen dengan poin minus tiga.
Reaksi Publik & Save Our Soccer (SOS)
Keputusan Komdis PSSI ini menuai reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Save Our Soccer (SOS), sebuah lembaga yang concern dengan perbaikan tata kelola sepak bola Indonesia. Koordinator SOS, Akmal Marhali, menyatakan bahwa keputusan ini mencoreng nama baik Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Menurutnya, keputusan yang tidak berdasar ini menunjukkan lemahnya penegakan hukum di lingkup sepak bola Indonesia.
“Keputusan Komdis yang tak akan berdasar ini secara tak langsung mencoreng nama baik Ketua Umum PSSI,” kata Akmal Marhali. “Apalagi, pada saat ini, ia sedang gencar akan menyuarakan pemberantasan pengaturan skor. Ini adalah kematian bagi penegakan hukum di lingkup football family,” tambahnya.
Dampak Terhadap PSS Sleman
Sanksi ini tentu saja berdampak besar bagi PSS Sleman. Selain harus berjuang keras untuk keluar dari zona degradasi, klub ini juga harus menghadapi tekanan dari para pendukungnya yang kecewa dengan keputusan ini. Manajemen PSS Sleman pun harus bekerja ekstra keras untuk memulihkan reputasi klub di mata publik.
Baca Juga: Manchester United Temukan Gelandang Mematikan Mirip Roy Keane
Tanggapan Erick Thohir
Erick Thohir, yang baru saja menjabat sebagai Ketua Umum PSSI. Dihadapkan pada tantangan besar untuk membuktikan komitmennya dalam memberantas pengaturan skor. Ia diharapkan dapat mengambil langkah tegas untuk mereformasi Komdis PSSI dan memastikan bahwa keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan prinsip keadilan dan transparansi.
“Ketua Umum PSSI harus langsung turun tangan mereformasi Komdis,” tegas Akmal. “Ia akan harus menurunkan Komite Etik untuk menginvestigasi putusan aneh Komdis. Jatuhkan pada sanksi apabila ditemukan ada beberapa pelanggaran etik,” ia menandaskan.
Masa Depan Sepak Bola Indonesia
Kasus ini menjadi cerminan betapa pentingnya reformasi dalam tubuh PSSI untuk menciptakan iklim sepak bola yang bersih dan berintegritas. Pemberantasan match fixing harus menjadi prioritas utama agar sepak bola Indonesia dapat berkembang dan bersaing di kancah internasional.
Kesimpulan
Sanksi yang dijatuhkan Komdis PSSI kepada PSS Sleman memang mencoreng nama baik Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Namun, ini juga menjadi momentum bagi PSSI. Untuk melakukan pembenahan dan memastikan bahwa sepak bola Indonesia bebas dari praktik-praktik kotor seperti pengaturan skor. Dengan komitmen dan langkah tegas, diharapkan sepak bola Indonesia dapat kembali meraih kepercayaan publik dan berprestasi di tingkat internasional. Selalu ikuti informasi terupdate dan terpercaya yang telah kami rangkum seputar SEPAK BOLA pastinya hanya di shotsgoal.com